Senin, 07 Desember 2015

Amalan Ciri-Ciri NU




1.        TAHLILAN
Tahlilan adalah salah satu cirikhas kaum NU.Bahkan untuk mengetahui seseorang NU apa tidak cukup dilihat dari apakah seseorang itu ikut kegiatan tahlilan apa tidak.
Tahlilan sendiri adalah sebuah kegitan yang dilakukan bersama oleh kalangan NU yang berisi pembacaan dzikir,tasbih,ayat quran tahlil,tahmid dan lain sebagainya.Biasanya acara ini diselenggarakan dalam berbagai momentum kalangan NU.Yang paling jamak adalah ketika mendoakan seseorang yang sudah meninggal.Biasanya dilakukan pada malam hari pertama sampai ke empta puluh berlanjut terus hari ke 100,1000 dan haul tiap tahunnya.

2.        ZIARAH KUBUR
Warga NU akrab seklai dengan budaya ziarah kubur.Mendatangi makam para auliya,ulama atau leluhur sembaru membaca berbagai doa disana.Jangan dimaknai kaum NU berdoa kepada kuburan.Tapi melalui para orang orang yang terlebih dahulu mereka merasa lebih dekat dengan yang maha kuasa dan mengingatkan mereka bahwa kehidupan pada hakikatnya adalah fana dan tidak kekal.
Khusus ziarah makam para wali sudah menjadi tradisi dan bahkan sangat ramai seklai pengunjungnya.Ini dilaksanakan biasnya rombongan.Jika ke makam para leluhur hampir tiap hari raya idhul fitri dan hari hari tertentu manjadi budaya yang mapan dikalangan NU.

3.        MAULID NABI
Untuk menunjukan kecintaannya pada Nabi,paling tidak pada bulan kelahiran Nabi yaitu bulan Robiul Awwal banyak sekali kegiatan bernuansa keagamaan dalam berbagai bentuk.Ada Dibaab.Barzanji,pengajian dlsb dalam rangka Maulid Nabi.
Kegiatan ini banyak dihujat karen dianggap tidak memiliki dassar yang kukuh yang pernah nabi laksankan pada masa hidup Nabi.

4.        ISTIGHOSAH
Istighosah memiliki arti memohon pertolongan kepada Alloh SWT.Oleh warga NU biasnya dilaksanakan bersama-sama dalam satu majlis.Dalam skala besar PBNU pernah menyeleksanakan istighosah dalam skala besar atau istighosah kubro baik tingkat Nasional maupun tingkat daerah.

5.        QUNUT
Cobalah anda sholat subuh disuatu tempat.Bila jamaah dalam tempat tersebut melakukan qunut dapat dipastikan itu adalah warga NU.Tapi sebenarnya Qunut dibagi menjadi 3:
a)      Qunut Shubuh:Imam Syafii menyatakan bahwa qunut subuh dibaca berdasarkan hadis dari Anas bin Malik.
b)      Qunut Nazilah:qunut ini dibaca warga NU ketika sedang menghadai kesudahan baik wabah penyakit,tantangan,bencana dlsb.
c)      Quntu Witir : qunut ini dilaksanakan pada rakaat terakhir bulan Romadlon pada malam ke 16-30 bulan Romadhon.
6.        TALQIN
Adalah amaliyah kaum Nu disaat ada saudaranya yang meningla dunia.Talqin berasal dari Bahasa Arab yang artinya memahamkan atau mengingatkan.Talqin biasnya dibacakan dalam bahasa arab tapi sering juga dibacakan dalam Bahasa Jawa.
Adapun tatacaranya orang yang menalqin berposisis duduk dihadapan kepala mayyit.Sedangkan para hadirin hendaknya berdiri,Dana salah seorang yang biasanya pemua keagamaan mulai membacakan talqin bagi si mayyit.

7.        ADZAN 2 KALI DALAM SHALAT JUM’AT
Setiapmenjelang sholat Jumat dimasjid-masjid NU,ada seorang laki-laki yang berdiri sambil memegang tongkat.Setelah membacakan hadis Nabi yang berisi anjuran kepada para Jama’ah dan kemudian dilakukan adzan yang kedua kalinya.
Praktek semcam ini meniru pada zama Shahabat Utsman dan praktik semacam ini sama dengan yang dipraktikan di Masjidil Haram dan Masjid Nabawi.

8.        TINGKEPAN
Acara ini berbentuk pembacaan doa dan pemberian sedekah dalam rangka tujuh bulan kehamilan seorang wanita yang pertama kali hamil.Dan biasanya disela-sela acara dibacakan surat Yusuf dan surat  Maryam,dengan harapan agar anaknya akan lahir seganteng Nabi Yusuf dan secantik Siti Maryam

9.        MERUJUK KITAB KUNING
Selai pada Alquran dan Alhadist,warga NU selalu berpegangan pada ulama lama baik melalui kyai maupun merujuk pada kitab kunang yang dianggap standar oleh para Ulama NU.
Kitab kuning ini biasanya ditulis dalam bahasa arab dan biasanya berbentuk tulisan arab tanpa harakat(gundul)
Ini tidak lain karena tradisi intelektual NU yang selalu berpegangan pada sanad san karena berhati-hati aagar supaya pemahaman agamanya tidak melenceng dari apa yang telah digariskan oleh para Salafuna Assholih yang berpegana pada tradisi Nabi Muhammad SAW. 

Sabtu, 05 Desember 2015



KUALITAS HADITS MATA PELAJARAN AL-QUR’AN - HADITS
KELAS VII MADRASAH TSANAWIYAH

A.    Latar Belakang Masalah
Sudah menjadi kesepakatan para ulama bahwa Hadits Nabi yang shahih merupakan sumber pokok hukum yang kedua ajaran Islam sesudah Kitab Suci Al-Qur’an (Yusuf Qardhawy, 1994:50). Di dalamnya terkandung ajaran yang terkait dengan umat zaman Nabi sampai kepada umat era globalisasi sekarang ini. Oleh karena itu, perlu bagi umat Islam untuk memahami, mengkaji teks hadits lebih dalam, dan mengaplikasikannya dalam kehidupan nyata, serta menaatinya, sehingga tercapai kehidupan yang penuh dengan ridla Allah SWT.
Hadits yang dapat diartikan sebagai laporan sesuatu yang dihubungkan kepada Nabi SAW berupa pernyataan, perbuatan, penetapan, dan persifatan atau perilaku Nabi merupakan dokumen penting ajaran keagamaan dan sekaligus sumber ajaran agama Islam bagi kehidupan (Erfan Soebahar, 2005:57).
Sekiranya hadits itu mempunyai tingkatan qath’i al wurud,[1] tentu saja tidak ada masalah. Namun, hadits ada yang qath’i al-wurud dan zhanni al wurud.  Bagi hadits qath’i al-wurud terhindar dari kemungkinan salah. Sedang yang zhanni al-wurud terbuka peluang terjadinya kesalahan. Oleh karena itu, perlu adanya penelitian secara khusus dan cermat sehingga tidak terjadi kesalahan-kesalahan dalam pemakaian hadits sebagai hujjah dalam kaitannya dengan fenomena kehidupan (Erfan Soebahar, 2005:57).
Umat Islam diwajibkan untuk mengikuti hadits sebagaimana kewajiban mengikuti Al-Qur’an karena antara keduanya tidak terdapat perbedaan dalam garis besarnya (M. Hasbi ash-Shiddiqi, 1985:158). Hadits Nabi merupakan penafsiran Al-Qur’an dalam praktik atau penerapan ajaran Islam secara faktual dan ideal. Hal ini mengingat bahwa pribadi Nabi SAW merupakan perwujudan dari Al-Qur’an yang ditafsirkan untuk manusia, serta ajaran Islam yang dijabarkan dalam kehidupan sehari-hari (Yusuf Qardlawi, 1995:17).
Begitu pentingnya kedudukan Hadits dalam kehidupan umat Islam, Departemen Agama (Depag) menjadikan Hadits sebagai salah satu pelajaran di Madrasah Tsanawiyah yang wajib diikuti oleh peserta didik, yaitu mata pelajaran Al-Qur’an Hadits.(Depag RI,2005:3)
Mata pelajaran Al-Qur’an Hadits merupakan unsur mata pelajaran Pendidikan Agama Islam (PAI) yang diberikan kepada peserta didik untuk memahami Al-Qur’an dan Hadits sebagai sumber ajaran agama Islam dan mengamalkan isi kandunganya sebagai petunjuk dan landasan kehidupan sehari-hari dalam bermasyarakat (Depag RI, 2005:4).
Berbeda dengan Al-Qur’an yang semua ayat-ayatnya diterima oleh para sahabat dari Rasulullah SAW secara mutawatir dan telah ditulis dan dikumpulkan sejak zaman Nabi masih hidup baik fi as-suthur maupun fi ash-shudur (Syuhudi Ismail, 1996:3). Hadits Nabi tidaklah demikian, bahkan dalam perkembangannya tidak sedikit Hadits secara kualitas dapat dikatakan dlaif sehingga kurang kuat apabila dijadikan dalil untuk penetapan sebuah hukum (Fatchur Rahman, 1974:229).
Dalam pelajaran Al-Qur’an Hadits Madrasah Tsanawiyah, disamping mengambil dalil-dalil Al-Qur’an juga banyak mengambil Hadits sebagai dalil. Oleh karena itu, perlu ada penelitian tentang Hadits yang dijadikan dalil dalam pelajaran Al-Qur’an Hadits tersebut sehingga dapat diketahui kualitas Haditsnya. Untuk membedakan Hadits yang shahih dengan hadits yang tidak shahih, oleh ulama telah dibuat kaidah-kaidah untuk mengetahui sampai sejauh mana tingkat keshahihan suatu hadits, baik ditinjau dari segi sanad maupun matannya.
Penelitian hadits ini untuk menilai apakah hadits yang dipakai sebagai dalil dalam mata pelajaran Al-Qur’an Hadits kelas VII Madrasah Tsanawiyah benar-benar dapat dipertanggungjawabkan keshahihannya berasal dari Nabi ataukah tidak. Hal ini sangat penting mengingat kedudukan kualitas hadits, erat sekali kaitannya dengan dapat atau tidaknya dijadikan sebagai hujjah agama. Lebih dari itu kritik matan hadits juga sangat penting dilakukan, mengingat ada hadits-hadits yang dari segi sanadnya shahih, tetapi dari segi matannya bertentangan dengan Al-Qur’an, akal sehat, dan perkembangan ilmu pengetahuan serta hukum perubahan sosial.
Seperti dimaklumi bahwa hadits Nabi diriwayatkan berdasarkan Lafdhy (susunan redaksi dan maknanya sesuai benar antara riwayat yang satu dengan yang lainnya), dan Ma’nawy (susunan redaksi berbeda namun pada prinsipnya tidak ada perbedaan). Oleh karena itu, dalam penggunaan hadits Ma’nawy ini bisa berbeda pemahaman antara penukil satu dengan penukil yang lain dalam hal kesesuaian dengan tema.
Dengan demikian, penelitian ini tidak hanya menitikberatkan keshahihan sanad atau matan sebuah hadits tetapi juga meneliti kesesuaian penukilan hadits dengan tema atau pokok bahasan mata pelajaran Al-Qur’an hadits.
Pengkajian ulang terhadap hadits-hadits yang terdapat di dalam mata pelajaran Al-Qur’an Hadits ini mungkin saja akan ditemukan hadits-hadits yang tidak mencapai standar hadits shahih. Terhadap hadits dengan kualitas yang demikian, penelitian dilanjutkan dengan mencari hadits yang semakna dan tetap sesuai dengan tema atau pokok bahasan pelajaran.
B.     Rumusan Masalah
Penelitian yang penulis lakukan terfokus beberapa permasalahan yang dapat penulis rumuskan sebagai berikut :
1.      Bagaimana kualitas Hadits dalam buku pelajaran Al-Qur’an Hadits kelas VII Madrasah Tsanawiyah ?
2.      Bagaimana ketepatan penyajian Hadits terhadap tema-tema dalam mata pelajaran Qur’an Hadits kelas VII Madrasah Tsanawiyah ?

C.    Tujuan Penelitian
Penelitian ini mempunyai tujuan sebagai berikut :
1.      Untuk mengetahui kualitas Hadits dalam buku pelajaran Qur’an Hadits kelas VII Madrasah Tsanawiyah.
2.      Untuk mengetahui ketepatan penyajian Hadits terhadap tema-tema dalam mata pelajaran Qur’an Hadits kelas VII Madrasah Tsanawiyah.
D.    Signifikansi Penelitian
Berpedoman kepada hadits untuk diamalkan dan menganjurkan orang lain untuk maksud yang sama, adalah suatu kewajiban (Fathur Rahman, 1974:18). Agar kewajiban tersebut dapat dipenuhi dengan seksama dalam memilih hadits yang shahih untuk diamalkan sudah barang tentu memerlukan suatu penelitian yang menyeluruh baik dari segi sanad maupun matannya.
Seperti penulis jelaskan di atas bahwa penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kualitas hadits-hadits yang terdapat dalam buku ajar Al-Qur’an Hadits kelas VII MTs, serta mengetahui ketepatan/kesesuaian penyajian terhadap tema-tema dalam buku ajar tersebut.
Oleh karena itu, penelitian ini penting artinya mengingat tujuan dari penelitian hadits adalah untuk menilai apakah secara historis sesuatu yang dikatakan hadits itu benar-benar dapat dipertangunggjawabkan kesahihannya berasal dari Nabi atau tidak, karena terkait dengan dapat atau tidaknya hadits dijadikan hujjah (dalil) agama (M. Syuhudi Ismail, 1998:4). Serta menganalisis kesesuaian/ketepatan penyajian terhadap tema-tema sehingga setelah penelitian ini diharapkan menjadi kritik atau evaluasi yang membangun terhadap buku ajar Al-Qur’an Hadits kelas VII MTs.
E.     Tinjauan Pustaka
Dalam kegiatan ini penulis telah melakukan penelusuran dan kajian terhadap berbagai sumber atau referensi yang ada relevansinya dengan penelitian yang penulis lakukan. Hal tersebut dikandung maksud agar arah dan fokus penelitian ini tidak merupakan pengulangan dari penelitian-penelitian sebelumnya akan tetapi untuk mencari sisi lain yang signifikan untuk diteliti.
Penelitian tentang hadits memang telah banyak dilakukan oleh peneliti-peneliti sebelumnya. Namun, secara fokus meneliti tentang hadits dalam mata pelajaran Qur’an Hadits kelas VII Madrasah Tsanawiyah, seperti yang akan penulis lakukan –sejauh penelusuran penulis- belum ada.
Sedangkan yang telah penulis baca dari buku-buku literatur  yang membahas tentang kualitas hadits sebelumnya adalah Muhibbin Noor, “Kritik Kesahihan Hadits Imam al-Bukhari, Telaah Kritis atas Kitab al-Jami’ al-Shalih”, di dalam buku tersebut Muhibbin Noor membahas tentang kriteria kesahihan hadits-hadits al-Jami’ al-Shahih.
Muhibbin Noor sekaligus menguji sejauh mana kriteria kesahihan hadits-hadits al-Jami’ al-Shahih tersebut diterapkan secara konsisten, serta untuk mengetahui apakah dengan kriteria tersebut akan dapat dihasilkan hadits-hadits yang sahih, dan juga dalam bukunya Muhibbin Noor tersebut menganalisis terhadap kriteria kesahihan hadits alternatif yang merupakan kombinasi dari berbagai kriteria yang sudah ada sebagai bentuk penyempurnaan.
Penelitian yang lain adalah yang dilakukan oleh Zuhad dalam bentuk desertasi (belum diterbitkan) yang berjudul “Hadits dalam Pandangan Muhammad Rasyid Rida, Studi tentang Nilai Rijal Hadits dalam Kitab Tafsir al-Manar”, penelitian ini menitikberatkan pembahasan mengenai macam-macam kualitas dan ada/tidaknya mutabi’ atau syahid hadits tentang ibadah, muamalah, dan aqidah yang terdapat dalam kitab al-Manar.
Selanjutnya penelitian Ali Mustafa Ya’qub dalam bukunya yang berjudul Hadits-Hadits Bermasalah, buku tersebut membicarakan hadits yang banyak dipermasalahkan di masyarakat. Hadits-hadits itu adakalanya kondang di masyarakat bahkan menjadi amalan ibadah mereka. Padahal, setelah diteliti hadits-hadits itu ternyata palsu.
Menurut Ali Musthafa Ya’kub, ada hadits-hadits yang justru dianggap oleh sebagian masyarakat sebagai hadits-hadits palsu. Namun, setelah diteliti ternyata hadits itu sahih. Adapula hadits yang ditinggalkan oleh sebagian masyarakat karena dinilai dlaif (lemah). Padahal, ke-dlaif-an hadits tersebut tidak parah dan substansinya didukung oleh dalil-dalil lain yang kuat sehingga hadits tersebut tetap layak untuk menjadi landasan beramal atau meninggalkan perbuatan yang terlarang.
Suhadi juga telah mengadakan penelitian tentang hadits, berbentuk tesis yang berjudul “Hubungan antara afiliasi madzhab dengan metode penilaian hadits, studi pemikiran Imam Nashiruddin al-Albani, Suhadi dalam tesisnya tersebut membahas tentang bagaimana metode Al-Albani menilai hadits, juga membahas tentang hubungan afiliasi madzhab Dan metode penilaian hadits menurut al-Albani serta kontribusi dan implikasi pemikiran al-Albani terhadap pembaharuan hadits dan Fikih. Dari pokok-pokok bahasan penelitiannya Suhadi tersebut jelas berbeda dengan yang akan penulis lakukan.
Berdasarkan telaah dari beberapa penelitian tersebut di atas, memang telah banyak penelitian hadits. Namun yang membicarakan secara khusus kajian tentang hadits yang penulis maksud belum pernah dilakukan.
F.     Metode Penelitian
Dalam penyusunan sebuah karya ilmiyah, penggunaan metode merupakan sesuatu yang pasti, sebab metode merupakan cara bertindak yang memungkinkan setiap kegiatan penelitian dapat terlaksana secara baik terarah Dan mendapat hasil yang optimal (Anton Baker, 1992 : 10).
Penelitian ini menggunakan metode kritik hadits, Adapun langkah-langkah yang ditempuh adalah sebagai berikut :
1.      Menginventarisasi semua hadits yang ada dalam buku ajar al-Qur’an Hadits kelas VII MTs, kemudian mengelompokkannya berdasarkan jumlah periwayat dan isi yang dikandungnya. Setelah itu mengambil hadits-hadits yang akan dijadikan obyek penelitian.
2.      Menginventarisasi semua periwayat yang terlibat dalam hadits yang dijadikan obyek penelitian.
3.      Meletakkan dasar-dasar atau tolok ukur[2] yang digunakan dalam penilaian para periwayat kemudian membahas semua periwayat yang terkait dengan hadits yang diteliti.
4.      Menentukan periwayat yang dipandang lemah atau diperselisihkan otoritasnya dalam periwayatan. Setelah itu mengumpulkan semua hadits yang di dalam sanadnya terdapat para periwayat yang dipandang lemah.
5.      Setelah hadits-hadits  yang di dalam sanadnya terdapat perawi yang lemah dibahas disimpulkan kedudukannya, lalu diusahakan untuk di carikan syahid dan mutabi’nya. Dengan demikian, maka dapat dibuat kesimpulan akhir tentang kualitas hadits-hadits yang terdapat di dalam buku ajar Al-Qur’an - Hadits kelas VII MTs dan kriteria penyusunnya dalam menggunakan hadits.
G.    Sistematika Penulisan
Sistematika penulisan  dalam penelitian ini dibagi menjadi lima bab. Bab pertama, Pendahuluan. Pada bagian ini dibahas tentang  latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, signifikansi penelitian, tinjauan pustaka, metode penelitian, dan diakhiri dengan sistematika penulisan.
Bab kedua,  berisi pandangan umum tentang buku ajar Al-Qur’an Hadits kelas VII MTs, yang meliputi sekilas tentang buku ajar Al-Qur’an Hadits kelas VII MTs, hadits-hadits dalam buku ajar Al-Qur’an Hadits kelas VII MTs, rijal-rijal hadits, dan rijal-rijal yang bermasalah.
Bab ketiga, menguraikan tentang Kritik Hadits. Dalam bab tiga ini dicantumkan kritik sanad, kritik matan, mutabi’, dan syahid hadits.
Bab keempat, berisi hasil penelitian dan pembahasan, yang meliputi penilaian terhadap kualitas hadits-hadits yang terdapat dalam buku ajar al-Qur’an Hadits Madrasah Tsanawiyah kelas VII, Pemahaman komprehensif terhadap hadits-hadits dalam buku ajar Al-Qur’an Hadits kelas VII MTs.
Bab kelima, penutup. Pada bab ini berisi kesimpulan yang merupakan jawaban dari keseluruhan hasil penelitian. Bab ini diakhiri dengan saran-saran dan penutup.

DAFTAR PUSTAKA

Ash-Shidiqi, M. Hasbi 1985, Sejarah dan Pengantar Ilmu Hadits, Jakarta, Bulan Bintang.
Baker, Anton 1992, Metodologi Penelitian Filsafat, Yogyakarta, Kanisius.
Depag RI 2005, Standart Kompetensi Madrasah Tsanawiyah, Jakarta.
Isma’il, M. Syuhudi 1998, Kaedah Kesahihan Sanad Hadits, Jakarta, Bulan Bintang.
-------- 1996, Metodologi Penelitian Hadits Nabi, Jakarta, Bulan Bintang.
Kanwil Depag Jateng 2004, Al-Qur’an – Hadits Madrasah Tsanawiyah / yang Sederajat, Semarang, PT Wahana Dinamika Karya.
Noor, Muhibbin 2003, Kritik Kesahihan Hadits Imam al-Bukhori, Telaah Kritis atas Kitab al-Jami’ al-Shalih, Yogyakarta, Waqtu.
Qardlawi,Yusuf 1995, Bagaimana Memahami Hadits Nabi SAW, Bandung, Karisma.
-------- 1994, Kajian Kritis Pemahaman Hadits, Jakarta, Islamuna Press.
Rahman, Fatchur 1974, Ikhtisar Mushthalahul Hadits, Bandung, al Ma’arif.
Soebahar, Moh. Erfan, Respon Muhadditsun Menghadapi Tantangan Kehidupan Umat, Pidato Pengukuhan Guru Besar dalam Ilmu Hadits IAIN Walisongo, Semarang, 31 Agustus 2005
Ya’kub, Ali Mustafa 2005, Hadits-Hadits Bermasalah, Jakarta, Pustaka Firdaus.
Zuhad, Hadits dalam Pandangan Muhammad Rasyid Rida, Studi tentang Nilai Rijal Hadits dalam Kitab Tafsir al-Manar, Desertasi Doktor UIN Jakarta, tidak diterbitkan.



NILAI KUALITAS HADITS MATA PELAJARAN AL-QUR’AN - HADITS
KELAS VII MADRASAH TSANAWIYAH
I.       PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang
B.     Rumusan Masalah
C.     Tujuan Penelitian
D.    Signifikansi Penelitian
E.     Tinjauan Pustaka
F.      Metode Penelitian
G.    Sistematika Penelitian
II.    PANDANGAN UMUM TENTANG BUKU AJAR AL-QUR’AN - HADITS KELAS VII MTS
A.    Sekilas tentang Buku Ajar Al-Qur’an Hadits kelas VII MTs
B.     Hadits-hadits dalam buku ajar Al-Qur’an Hadits kelas VII MTs
C.     Rijal al-Hadits dalam buku ajar Al-Qur’an Hadits kelas VII MTs
D.    Rijal-rijal bermasalah
III.  KRITIK HADITS
A.    Kritik Sanad
B.     Kritik Matan
C.     Mutabi’ dan Syahid hadits-hadits buku ajar Al-Qur’an Hadits kelas VII MTs.
IV. ANALISIS NILAI DAN KEHUJJAHAN HADITS
A.    Analisis Kualitas Hadits
1.      Analisis Sanad Hadits
2.      Analisis Matan Hadits
B.     Analisis kehujjahan hadits
C.     Pemahaman komprehensif terhadap hadits-hadits dalam buku ajar Al-Qur’an Hadits kelas VII MTs
V.    PENUTUP
A.    Kesimpulan
B.     Saran-saran
C.     Penutup
HADITS-HADITS DALAM MAPEL AL-QUR’AN - HADIS
KELAS VII MADRASAH TSANAWIYAH

TEMA : Akhlaq kepada Ibu bapak.
1.       عن ابن عمر رضي الله عنه قال رسول الله صلى الله عليه وسلم يقول كلكم راع و كلكم مسؤول عن رعيته الإمام راع و مسؤول عن رعيته, والرجل راع في أهله مسؤول عن رعيته والمرأةراعية في بيت زوجها وهي مسؤولة عن رعيتها والخادم راع في مال سيده وهو مسؤول عن رعيته . فكلكم راع مسؤول عن رعيته (متفق عليه)
TEMA : Bertaqwa dan berakhlaq mulia
·         Perintah bertaqwa dan berakhlaq mulia
2.                  عن أبي ذر رضي الله عنه قال رسول الله صلى الله عليه وسلم إتق الله حيثما كنت وأتبع السيئة الحسنة تمحها وخالق الناس بخلق حسن, رواه الترمذى
3.                  ليس منا من لم يوقر الكبير ويرحم الصغيرويأمر بالمعروف وينه عن المنكر, رواه أحمد و الترمذى
·         Akhlaq kepada tetangga
4.                  عن أبي هريرة رضي الله عنه ان النبي صلى الله عليه وسلم قال والله لا يؤمن, والله لا يؤمن, والله لا يؤمن. قيل من يارسول الله؟ قال من يارسول الله ؟ قال: الذى لا يأمن جاره بوائقه, متفق عليه
5.                  عن أبي ذر رضي الله عنه قال رسول الله صلى الله عليه وسلم إذا طبخت مرقة فأكثرماء ها وتعاهد جيرانك, رواه مسلم
6.                  من كان يؤمن بالله واليوم الأخر فليحسن جاره
7.                  يا نساء المسلمات, لا تحقرن جارة لجارتها ولو فرسن شاةٍ, متفق عليه
8.                  من كان يؤمن بالله واليوم الأخر فليكرم جاره , رواه البخاري


[1] Qath’i al wurud disini menurut penulis adalah hadits mutawatir, hadits mutawatir itu memberi faedah ilmu dlarury, yakni keharusan untuk menerimanya bulat-bulat sesuatu yang diberitakan oleh hadits mutawatir, hingga membawa kepada keyakinan yang qath’i (pasti). Sedangkan zhanni al wurud adalah hadits Ahad yaitu hadits yang tidak memenuhi syarat-syarat sebagai hadits Mutawatir. Lihat Fathur Rahman, Ikhtisar Mushthalahul Hadits, Bandung, Al-Ma’arif, 1974. h. 84.
[2] Yang dimaksud tolok ukur disini adalah ukuran dimana perawi dapat diterima atau ditolak periwayatannya, hal ini sesuai dengan ilmu Jarh wa at-Ta’dil. Rawi dikatakan ‘Adil ialah orang yang dapat mengendalikan sifat-sifat yang dapat menodai agama dan keperwiraannya. Sedangkan rawi yang dikatakan mempunyai cacat / aib adalah rawi yang disifati dengan Bid’ah (melakukan tindakan tercela, diluar ketentuan syariat), Mukhalafah (melaini dengan periwayatan orang yang lebih tsiqah), Ghalath ( banyak kekeliruan dalam periwayatan), Jahalah al-Hal ( tidak dikenal identitasnya) dan Da’wa al-Inqitha’ (diduga keras sanadnya tidak bersambung). Lihat Fathurrahman, Ikhtisar Mushthalahul Hadits, Bandung, al-Ma’arif, 1974, h., 307-308.